Pemeran:- Suzzanna sebagai Murni
- Alan Nuari sebagai Kohar
- Sofia WD sebagai Baedah
- dll.
Tanggal Rilis:1983
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:150 Menit


Preview:


Sinopsis:

Suasana meriah pernikahan Baedah dan Kohar tiba-tiba kacau. Pengantin putri histeris ketakutan, Reog yang ditanggap mengamuk. Atas inisiatif para tetua, dipanggil dukun untuk mengatasi kekacauan itu. Dukun mengatakan bahwa yang membuat guna-guna ada di barat. Pernyataan ini membuat Kohar berprasangka pada Murni, bekas pacarnya. Bersama penduduk lain rumah Murni dibakar, dan Murni dibuang ke jurang. Murni diselamatkan dukun teluh Gendon, yang sebenarnya jadi sumber onar. Murni yang pernah dinodai Kohar, dibujuk untuk balas dendam. Keadaan desa makin parah, sampai datang seorang pemuda taat beragama yang sudah lama mencari adiknya. Pemuda itu adalah kakak Murni.

Pemeran:- Syubah Asa sebagai D.N. Aidit
- Amoroso sebagai Soeharto
- Umar Kayam sebagai Soekarno
- Wawan Wanisar sebagai Pierre Tendean
- Bram Adrianto sebagai Untung Syamsuri
- Ade Irawan sebagai Istri Nasution
- dll.
Tanggal Rilis:1984
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:271 Menit



Preview:



Sinopsis:

Indonesia berada dalam kekacauan. Rakyat hidup dalam kemiskinan, sementara yang kaya memamerkan kekayaan mereka. Presiden Soekarno (Umar Kayam) sedang sakit dan hampir mati. Sementara itu, konsep politiknya, Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) telah menyebabkan pertumbuhan besar anggota PKI. Partai yang mencoba melakukan kudeta pada tahun 1948 ini telah menyerang dan membunuh orang di seluruh negeri. Presiden yang telah melemah juga dimanipulasi oleh partai ini. PKI telah merekayasa cerita, berdasarkan Dokumen Gilchrist yang palsu, bahwa Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta bila Soekarno mati. Aidit (Syubah Asa), Syam, dan kepemimpinan Partai Komunis diam-diam berencana untuk menggunakan ini sebagai alasan untuk kudeta mereka sendiri. Pangkat dan barisan anggota Partai ini menerima penjelasan dari pimpinan, dan dengan bantuan para prajurit dan perwira yang "berpikiran-maju" (sebagian besar dari Angkatan Udara), bekerja untuk mengumpulkan kekuatan Partai. Mereka berencana untuk menculik tujuh jenderal (yang dikatakan sebagai anggota Dewan Jenderal), merebut kota, dan mengamankan Soekarno. G30S yang baru diberi nama kemudian memulai pelatihan. Para anggota sayap kanan dalam Angkatan Darat yang tidak menyadari kudeta yang akan terjadi ini, hidup bahagia dengan keluarga mereka. Pada saat mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, mereka sudah terlambat.
Pada malam 30 September-1 Oktober, tujuh unit dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal tersebut. Nasution berhasil melarikan diri melompati tembok, sementara atase militer Pierre Tendean datang berlari keluar, memegang pistol; Tendean dengan cepat ditangkap, dan ketika ditanya di mana Nasution, mengaku dirinya adalah jenderal tersebut. Yani, yang melawan, tewas di rumahnya; Mayor Jenderal MT Haryono mendapat nasib yang sama. Kepala Jaksa Militer Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen Siswondo Parman, dan Letnan Jenderal Soeprapto ditangkap. Brigadir Jenderal DI Pandjaitan ikut dengan rela, tetapi ketika dia berdoa terlalu lama sebelum memasuki truk dia dibunuh. Mayat dan tahanan yang dibawa ke kamp G30S/PKI di Lubang Buaya, di mana para korban yang tersisa disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian dilemparkan ke dalam sumur. Pagi berikutnya, anak buah Letnan Kolonel Untung mengambil alih kantor RRI dan memaksa staf di sana untuk membaca pidato Untung (Bram Adrianto) yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan "Dewan Revolusi". Anak buah G30S/PKI lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tetapi menemukan bahwa ia telah pergi meninggalkan istana. Di pangkalan Halim, Presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa ia akan mengambil kontrol penuh dari Angkatan Darat. Pidato radio lain kemudian segera dibacakan, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan hierarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari Halim, yang harus dilakukan sebelum tengah malam.
Soeharto (Amoroso Katamsi), yang dibangunkan pagi buta, membantah pengumuman Untung, menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat catatan-catatan tambahan tentang hakikat G30S. Karena ada kekosongan kekuasaan dengan meninggalnya Yani, Soeharto mengambil kendali sementara Angkatan Darat dan mulai merencanakan serangan-balik dengan anak buahnya; namun bagaimanapun dia tidak mau memaksakan pertempuran. Dia malah menyatakan bahwa ia akan memberikan pengumuman lewat radio, yang disampaikan setelah pasukan yang setia kepadanya merebut kantor RRI. Pengumuman ini menguraikan situasi kala itu, menggambarkan G30S sebagai kontra-revolusioner, dan menyatakan bahwa Angkatan Darat akan berurusan dengan kudeta ini. Tak lama kemudian para pemimpin kudeta melarikan diri dari Halim, dan pasukan Soeharto merebut kembali pangkalan udara tersebut. Beberapa waktu kemudian, pasukan di bawah kepemimpinan Soeharto menyerang sebuah markas G30S/PKI. Sementara tentara yang berafiliasi dengan PKI melawan, pimpinan Partai lolos dan melarikan diri, berencana untuk melanjutkan perjuangan mereka di bawah tanah.
Soeharto kemudian segera dipanggil ke istana kedua di Bogor untuk berbicara dengan Soekarno. Di sana, presiden mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari Marsekal Udara Omar Dani bahwa Angkatan Udara tidak terlibat dalam kudeta ini. Soeharto membantah pernyataan tersebut, mencatat bahwa persenjataan gerakan ini adalah seperti orang-orang dari Angkatan Udara. Pertemuan ini akhirnya menghasilkan konfirmasi pengangkatan Soeharto sebagai pemimpin Angkatan Darat, bekerja sama dengan Pranoto Reksosamodra. Dalam investigasi mereka terhadap peristiwa kudeta ini, Angkatan Darat menemukan kamp di Lubang Buaya - termasuk tubuh para jenderal, yang dikeluarkan sembari Soeharto menyampaikan pidato menggambarkan kudeta ini dan peran PKI di dalamnya. Jenazah para jenderal kemudian dimakamkan di tempat lain dan Soeharto memberikan pidato hagiografi, di mana ia mengutuk G30S PKI dan dan mendesak masyarakat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan jenderal-jenderal yang telah meninggal tersebut.



Pemeran:- Suzzanna sebagai Lila
- Mieke Widjaja sebagai Dhora
- Robby Hart sebagai Roby
Tanggal Rilis:1972
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:90 Menit


Preview:




Sinopsis:

Disebuah desa bernama Ciganyar terdapat sebuah perkebunan yang menjadi sumber mata pencaharian warga setempat. Perkebunan tersebut adalah milik sebuah keluarga kaya raya yang terdiri dari seorang Bapak, Ibu, dan dua anak gadisnya, Dhora dan Lila. Dhora, sang kakak, adalah seorang gadis yang berhati kejam dan berwatak keras sedangkan Lila adalah gadis yang berhati lembut. Karena tidak pernah akur, kedua gadis itu akhirnya dipisahkan oleh sang Ayah. Lila dibawa ke kota untuk tinggal bersama dengan tantenya sedangkan Dhora tetap di perkebunan bersama Ayah dan Ibunya.

Tahun demi tahun berlalu, Dhora dan Lila sudah bertumbuh dewasa. Lila tumbuh menjadi wanita yang cantik rupawan dan bersuamikan seorang pria tampan dan gagah. Karena mendengar kabar bahwa ibu tirinya meninggal dunia dan karena sang suami akan pergi ke luar negeri, Lila akhirnya pulang ke Ciganyar. Dhora yang tumbuh menjadi wanita yang berdarah dingin ternyata sudah mempersiapkan rencana jahat untuk Lila setibanya di Ciganyar. Bukan hanya berencana jahat kepada Lila, Dhora juga ternyata sudah dengan tega membunuh ibunya sendiri dan membuat ayahnya menjadi lumpuh, juga menyengsarakan dan menindas warga Ciganyar.


Sepeninggalan suami Lila ke luar negeri, Dhora mulai menggencarkan rencana busuknya untuk menyingkirkan Lila. Dalam melancarkan tindak kejahatannya, Dhora selalu dibantu orang kepercayaanya, seorang lelaki misterius yang akrab dengan hewan – hewan buas seperti ular.


Suatu hari Dhora mengajak Lila ke danau tempat mereka biasa bermain saat kecil. Alih – alih ingin mempersilakan Lila yang sedang hamil besar untuk duduk di sebuah batu di tepi danau, Dhora malah mendorong Lila hingga hampir tenggelam. Malam hari setelah kejadian itu Lila merasakan kontraksi namun ternyata Dhora tidak membantu Lila melahirkan tapi malah menyiram muka adik tirinya itu dengan air keras. Dhora menugasi bawahannya untuk mengubur Lila hidup – hidup namun ternyata bayi Lila justru lahir di dalam kuburan. Sejak saat itu daerah Ciganyar jadi angker karena penampakan hantu yang beranak dalam kubur.


Di akhir film sempat kembali pada suaminya, Robby (Robby Hart) yang pulang dari luar negeri dan memecahkan misteri hantu pengganggu. Hantu tadi adalah Lila yang menakut-nakuti penduduk Ciganyar, padahal sebenarnya ia hanya berurusan dengan Dhora. Kegemparan pun terjadi ketika Robby beserta para buruh perkebunan melabrak rumah Dhora. Dhora yang merasa terjepit mencoba menembak orang-orang tersebut. Sang ayah berusaha mencegahnya, namun ia bersama Dhora malah terjatuh dari balkon rumah dan mereka berdua tewas.


Pemeran:- W.D. Mochtar sebagai Munarto
- Siska Karabety sebagai Rita
- Fachrul Rozy sebagai Tomi
- Jeffry Waworuntu sebagai Jeffry
I.M. Damsyik sebagai Pak Karto
Ruth Pelupessy sebagai Darminah
Diana Suarkom sebagai Mawarti
Simon Cader sebagai Herman
Doddy Sukma sebagai Pak Kiai

Tanggal Rilis:1980
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:96 Menit

Preview:


Sinopsis:

Sebuah keluarga kaya yang jauh dari agama mendapat musibah ketika sang Ibu wafat. Sang Ibu, Mawarti, meninggalkan seorang ayah bernama Munarto yang hanya peduli kehidupan bisnis, serta satu putra yang pendiam bernama Tomi dan putri bernama Rita yang kecanduan pesta, bersama mereka ada satu pembantu bernama Pak Karto yang taat agama dan sudah sakit-sakitan. Pada malam pertama setelah kematian Mawarti, Tomi menjumpai sang ibu kendati tidak berbincang. Keesokan harinya, dari saran temannya Tomi menyambangi seorang peramal yang berkata bahwa seluruh keluarganya terancam bahaya yang sangat besar dan akan menewaskan mereka semua. Lalu sang peramal menyarankannya untuk memperkuat diri dengan ilmu hitam.
Sejak itu Tomi menjadi aneh dan pendiam karena ia berkonsentrasi mendalami ilmu hitam. Pacar Rita, Herman, mengatakan bahwa 40 hari sesudah kematian orang, orang tersebut masih berada di sekitar rumahnya. Seorang pengurus rumah tangga dikirim dari kenalan sang ayah, namanya Darminah. Rita mulai mendapati dirinya ketakutan karena melihat sesosok kuntilanak, sementara Herman berkata bahwa Darminah bukanlah orang baik-baik dan akan membicarakannya besok saat akan pergi ke rumah seorang dukun. Lalu, Pak Karto yang mulai sering kambuh mencium kelakuan Darminah yang aneh dan mencurigakan. Tomi, dinasehati seorang kiai yang bertemu dengannya di toko buku untuk memulai melaksanakan salat. Saat ia ingin melakukannya, sesosok kuntilanak menghampirinya dan berkata kepadanya untuk menghentikan hal tersebut. Malam yang sama, Pak Karto yang sedang berjaga terkunci di sebuah gudang dan paginya ditemukan Tomi, mayatnya digantung. Pada siangnya, Herman yang baru pergi dari suatu tempat nyaris menabrak seorang wanita dan membuat dirinya tertabrak truk. Wanita yang nyaris ditabrak adalah Darminah. Malamnya, Toni dan Rita berbincang, sepakat bahwa hantu yang berada di rumah mereka harus dihilangkan. Saat Rita keluar, ia dikejar oleh zombie Herman yang mengejarnya hingga Rita ditolong Darminah.
Paginya, Rita mengutarakan keinginan dirinya dan Tomi untuk memanggil dukun kepada ayahnya. Ayahnya setuju dan memanggil dukun. Dukun yang disewa, mendapatkan serangan pecahan kaca dan serakan kelopak bunga, Rita, Tomi, dan Munarto melihat kepala sang dukun dilempari chandelier yang berputar. Setelah semua selesai, Darminah mengendap-ngendap pergi ke suatu tempat, Tomipun mengikutinya. Darminah pergi ke kuburan dan dibelakangnya terdapat Herman dan Pak Karto yang seperti zombie, Darminah membangkitkan Mawarti untuk disuruh membunuh keluarganya sendiri. Tomi ketahuan mengintip dan dikejar, untung ia berhasil kabur dan sampai ke rumah, ia langsung memperingatkan Munarto dan Rita akan Darminah. Rita percaya, tetapi Munarto tidak dan bersama mereka pergi ke kamar Darminah yang ternyata Darminah sudah ada disana. Keesokan harinya Rita dan Tomi nekat menggali kuburan Mawarti dan masih melihat mayatnya ada disana. Sekembalinya, Rita, Tomi, dan Munarto diganggu mayat hidup. Rita diganggu Herman, Tomi diganggu Pak Karto, Munarto diganggu Mawarti. Setelah berhasil kabur dari kamar, mereka bertiga berlari ke ruang makan dan melihat Darminah memegang sebuah tengkorak dan rambut kribo. Darminah ternyata adalah setan yang berusaha mengintimidasi orang yang imannya lemah. Lalu, setelah diteror dan meninggal tanpa sempat bertaubat, orang itu akan dijadikan abdi setan di neraka. Rita, Munarto, dan Tomi lari ke pintu depan dan berhasil membuka pintu, yang di depan sudah ada seorang kiai dan pendukungnya. Bersama mereka menghadang Darminah dan ketiga zombie dengan rapalan surat Al-Qur’an. Mereka semuapun terbakar.
Film berakhir dengan Munarto, Tomi, dan Rita sudah bertaubat dan baru kembali dari masjid menuju mobil. Disebelah mereka ada sebuah mobil yang ditempati seorang wanita (Darminah).



Pemeran:- Suzzanna sebagai Larsih
- Soendjoto Adibroto sebagai Sumarna
- Vera Magdalena sebagai Murti
- Jeffry Waworuntu sebagai Jeffry
Tanggal Rilis:1988
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:96 Menit


Preview:


Sinopsis:

Sumarna (Soendjoto Adibroto), pawang buaya, merebut jimat teman seperguruannya yang bisa membuat pawang menundukkan buaya seganas apapun. Meski mendapat jimat, ia kena kutukan. 20 tahun kemudian, dua anaknya meninggal. Yang pertama mati di kolam buaya hingga buaya-buaya disitu dibunuhi, dan yang kedua mati tertabrak motornya sendiri. Tinggal anak perempuannya Murti (Vera Magdalena), yang juga dibayang-bayangi maut. Sumarna lalu mengeluh pada janda muda di desa itu, Larsih Suzanna, yang ternyata Ratu Buaya Putih dan dirasuki arwah rekan seperguruan yang dibunuh Sumarna. Rahasia Ratu Buaya Putih ini diungkap oleh Parlan, tokoh alim desa itu, yang juga adik suami-istri yang dibunuh Sumarna. Akhirnya Buaya Putih bisa dikalahkan, dan Murti dan Jeffry (Jeffry Waworuntu), rekan bisnis jual-beli buaya, yang sempat ditahan bisa selamat.

Pemeran:- Suzzanna sebagai Ayu Trisnaningrat
- Alan Nuari sebagai Anton
Tanggal Rilis:1986
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:88 Menit

Preview:


Sinopsis:

Film dimulai dengan seorang wanita di suatu rumah yang sedang hamil tua. Ia disantet. Lalu, tiba-tiba perutnya bergejolak dan bayinya berpindah ke belakang perut. Di belakang perut itulah, bulatan tempat bayinya menggembung hebat dan meletus. Mengeluarkan darah dan seorang bayi dari sana.
Ayu Trisnaningrat (Suzzanna) adalah seorang novelis misteri. Ia merasa bahwa di tengah penulisan novel terbarunya ini, ia tidak dapat berkonsentrasi penuh seperti biasanya. Setelah mengutarakan hal itu kepada kekasihnya Anton (Alan Nuari), Anton mengajak Ayu untuk menulis novelnya di luar kota. Iseng untuk mencari jalan baru, mereka malah terhenti di jalur buntu yang berdekatan dengan sungai. Karena masih terhanyut perasaan senang, mereka melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki dan menemukan sebuah rumah yang cukup besar. Ayu berkata kepada Anton bahwa ia seperti pernah mengenal rumah itu. Mereka berduapun masuk saat mengetahui bahwa pintunya tidak terkunci. Rumah itu sudah seperti tidak ada penghuninya, tetapi masih tetap bersih, kecuali satu kamar, kamar itu adalah kamar yang ada di awal film. Ayu mulai menyadari ada yang aneh di rumah itu, tetapi merasa rumah itu sudah “menyamankan” dirinya. Ayu ingin menulis disana. Kemudian mereka berangkat kembali ke mobil dan memutar hingga sampai ke sebuah rumah dekat rumah besar itu. Mereka bertemu dengan seseorang bernama Pak Tomo yang merawat Raden Ngabey Arya Tejo, seorang yang sudah sepuh usianya, yang kelihatannya adalah pemilik rumah. Saat Ayu dan Anton bertandang ke rumah, Raden merasa ketakutan saat melihat Ayu. Beberapa hari kemudian, Ayu telah diijinkan. Ia akan tinggal menulis sendiri dirumah itu hanya bersama pembantu rumah, Pak Ardan. Setelah diantar Anton, Ayupun mulai menulis.
Ditengah penulisannya, ia kerap diganggu hal-hal yang menakutkan. Hal itu membuatnya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu dengan Pak Ardan yang bersikap tidak bersahabat. Tiba-tiba Pak Ardan berniat memerkosa dan membunuh Ayu. Ayu kontan kaget dan berlari hingga keatas, disana, Pak Ardan dikejar Sundel Bolong hingga tenggelam di sungai. Hal itu membuat Ayu semakin ketakutan, sekaligus penasaran. Saat perbincangan singkat dengan Pak Ardan dulu, Pak Ardan pernah menyebut nama Karsiman. Orang itu ditemui Ayu akhirnya disebuah pertenakan ayam.Karsiman, saat ditanyai oleh Ayu juga bertindak sangat kasar hingga mengejar Ayu dengan mobil. Ayu yang saat itu mengendarai motor, nyaris ditabrak oleh Karsiman, sebelum Sundel Bolong menghadang mobil Karsiman dan membuat Karsiman kecelakaan. Ayu menghampiri mobil Karsiman, Karsiman bangkit dan disaat ia terluka di kepala, ia masih ingin membunuh Ayu. Ayu dikejar hingga disebuah pabrik batu bata. Di mana akhirnya saat Ayu nyaris dibunuh oleh sekop, Sundel Bolong melayangkan sekop itu ke dada Karsiman.
Pak Tomo pergi ke rumah saat pagi hari, memberikan berita ditemukannya mayat Pak Ardan dan Karsiman, dan Ayu akan menjadi saksi. Pak Tomo menduga itu semua dilakukan oleh arwah Minati, kakak ipar Pak Tomo yang ternyata adalah adik Raden, Minati tewas karena melahirkan dari punggung yang ada di awal film. Ayu memberikan keterangan bahwa pembunuhan itu benar, dan Ayu berkata bahwa ia dan Minati sangat mirip, apalagi Ayu sejak kecil dititipkan di panti asuhan. Anton ditelepon dan dipanggil ke rumah Raden untuk diceritakan tentang hal itu oleh Raden. Raden menceritakan bahwa di Malam Jumat Kliwon saat kelahiran Ayu, selir Raden bekerjasama dengan seorang dukun teluh serta Ardan dan Karsiman, menyantet Minati karena mereka benci dengannya. Raden mengetahui hal itu dan membunuh dukun dan selirnya. Kemudian, Ardan dan Karsiman yang tahu hal itu memaksa Raden untuk menyerahkan sepertiga dari kekayaannya untuk mereka berdua, agar pembunuhan itu tidak diketahui pihak berwajib. Raden akhirnya meninggal setelah bercerita. Di sisi Ayu, ia diceritakan hal yang sama oleh Minati yang kemudian menghilang selesai berpelukan dengan anaknya. Dan itu bisa disimpulkan bahwa Minati adalah Sundel Bolong yang meninggal saat melahirkan sedangkan Ayu adalah anaknya Minati.
Film berakhir dengan Ayu melukis potret dirinya bersama Raden dan Minati, didampingi oleh Anton yang ternyata sudah memperistri Ayu. Mereka memulai hidup bahagia mereka dirumah Raden dan Minati, rumah kelahiran Ayu.

Pemeran:- Suzzanna sebagai Alisa
- Barry Prima sebagai Hendarto
- Rudi Salam sebagai Rudi
Tanggal Rilis:1981
Negara:Indonesia
Bahasa:Indonesia
Durasi:90 Menit


Preview:


Sinopsis:

Alisa (Suzzanna) adalah seorang mantan pekerja seks di bawah seorang "Mami" alias germo (Ruth Pelupessy). Hidupnya berubah total setelah dinikahi oleh Hendarto (Barry Prima). Suatu hari seorang pengusaha butik bernama Rudi mengajak Alisa bekerja di toko butiknya. Alisa diminta memperagakan pakaian-pakaian yang ada di butik Rudi. Melihat kecantikan Alisa, Rudi tergoda, namun Alisa menolak dengan halus. Kejadian itu membuat Rudi marah dan merancanakan niat jahat. Alisa diculik oleh orang suruhan Rudi kemudian dibawa ke sebuah bangunan tua dan akhirnya diperkosa. Dengan perasaan hancur Alisa dapat kembali ke rumahnya. Setiap hari Alisa merenungi nasibnya. Bi Ijah pun maklum atas apa yang dialami Alisa. Alisa meminta pendapat dokter mengenai tindakan yang harus dijalaninya. Dokter memberikan saran baik buruknya mengenai dilakukannya pengguguran kandungan. Alisa mendapat kabar dari suaminya yan akan pulang. Alisa bingung menghadapi masalahnya. Alisa merasa berdosa dan karena putus asa akhirnya Alisa bunuh diri di kamar mandi.
Sejak itu arwah Alisa gentayangan dalam wujud sundel bolong dan ingin membalas dendam kepada orang-orang yang telah merusak kehidupannya. Satu persatu orang suruhan Rudi yang merusak kehidupan Alisa menemui ajalnya dengan keji namun misterius. Kematian mereka selalu disertai setelah pertemuan dengan seorang wanita cantik yang mengaku bernama Shinta, percumbuan dan berakhir pada kematian si pria. Selain membalas dendam, arwah Alisa juga kerap mengganggu penduduk-penduduk sekitar kuburannya dengan cara yang seram namun lucu, di antaranya dalam sebuah adegan terkenal perjumpaan tukang soto dan tukang sate dengan Sundel Bolong Alisa di tengah malam.
Rudi dan mantan "Mami" Alisa pun menemui ajalnya di tangan wanita cantik misterius yang tak lain adalah penjelmaan dari arwah penasaran Alisa. Akhirnya semua orang yang pernah merusak kehidupan Alisa telah mati di tangan Alisa dan dendam Alisa telah terbalas. Hendarto memohon arwah Alisa supaya berpulang ke alam baka, dan akhirnya Alisa pun pulang dengan tenang.



Pemeran : - Suzzanna sebagai Suketi
- Fendy Pradhana sebagai Bardo
Tanggal Rilis: 1988
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Durasi: 84 Menit


Preview:


Sinopsis

Di awal film, di tengah sebuah hutan, arwah seorang wanita yang gentayangan berwujud sundel bolong dibangkitkan dari kuburannya oleh Ki Rengga, seorang dukun Jawa sakti untuk dijadikan anak angkatnya. Dukun Jawa itu berkata: "Suketi, manuta nduk, kowé arep takdadikké anak angkatku." ("Suketi, menurutlah nak, engkau akan kujadikan anak angkatku"). Dia kemudian menancapkan paku keramat ke kepala Suketi (Suzanna), arwah penasaran tersebut, merapal mantera kuna berbahasa Jawa dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda dari Jakarta sedang berburu kelinci di hutan tersebut. Bardo Ardiyanto (Fendi Pradana), sang pemburu tersebut, bersama temannya Hari, nyaris membunuh buruannya, namun dihalangi oleh seorang wanita cantik, dia pun penasaran akan wanita tersebut dan akhirnya bertemu dengan Suketi. Bardo dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh Ki Rengga, ayah angkat Suketi, namun akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus dan dorongan Suketi ke orang tua angkatnya. Bardo mengikuti syarat Ki Rengga, bahwa pernikahan harus diadakan pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 Sura, tahun baru dalam penanggalan Jawa) di tengah Alas Roban ("Hutan Roban") tanpa dihadiri siapa pun kecuali sang dukun Jawa dan pasangan pengantin tersebut dalam sebuah adegan ritual mistik Jawa kuna yang diiringi tari-tarian peri.
Beberapa tahun kemudian Suketi dan Bardo hidup berkeluarga dengan bahagia di Jakarta dengan kedua anak mereka, Rio dan Preti. Keluarga mereka juga menjadi kaya raya karena konon bila menikahi Sundel bolong maka seseorang akan menjadi kaya raya. Suatu hari Joni, seorang pengusaha licik menawarkan perjanjian bisnis di kantor Bardo, namun ditolak karena taktiknya yang kotor. Joni menyimpan dendam dan berniat menjatuhkan Bardo. Joni datang ke Mak Talo, seorang dukun lain, dan mengetahui bahwa istri bardo dulunya adalah Sundel Bolong. Mak Talo dan Joni mendatangi rumah Bardo dan mencabut paku yang menancap di kepala Suketi, sehingga Suketi berubah menjadi Sundel Bolong kembali. Malamnya Bardo yang kebingungan menemui mertuanya di Alas Roban dan mengetahui latar belakang Suketi yang sesungguhnya. Suketi dulunya adalah seorang wanita muda yang mati bunuh diri setelah diperkosa dan hamil, arwahnya tidak beristirahat dengan tenang dan menjelma menjadi hantu Sundel Bolong yang penuh dendam. Setelah membalas dendam, dia kemudian dibangkitkan kembali oleh Ki Rengga untuk menjadi anak angkatnya.
Suketi yang sekarang kembali menjadi Sundel Bolong sangat sedih karena kehidupannya yang telah bahagia bersama keluarganya dirusak. Situasi bertambah tegang ketika Preti kemudian diculik oleh kawanan penjahat Joni yang berkomplot dengan dukun Mak Talo. Komplotan Joni meminta uang tebusan, namun dalam prosesnya, Preti terbunuh secara tidak sengaja oleh salah satu penjahat. Suketi menjadi marah besar dan mengamuk setelah tahu bahwa anaknya terbunuh. Sundel Bolong Suketi mulai melangsungkan balas dendamnya kepada komplotan penjahat tersebut dengan cara-cara yang kejam namun unik.
Suketi yang sedih berniat untuk kembali ke keluarganya, dia bermain piano dengan menyanyikan lagu "Selamat Malam" Vina Panduwinata, sehingga Rio dan ayahnya terbangun. Mereka dengan sedih berpisah dengan Suketi dan menyatakan bahwa alam mereka berbeda. Suketi kemudian berkata "Arwahku akan gentayangan sebelum dendamku terbalas" sebelum pergi. Suketi yang dirundung duka dan dendam kemudian menggali kuburan anak perempuannya, memasukkan jasad Preti ke sebuah peti mati bersama boneka kesayangan Preti, kemudian berjalan perlahan dengan menyeret peti mati tersebut dalam sebuah adegan yang diinspirasi film koboi Itali Django. Sundel Bolong Suketi kemudian mulai mengganggu masyarakat di sekitar kuburan tersebut dalam adegan-adegan yang seram namun lucu, yang pertama adalah seorang tukang bakpau Tionghoa-Indonesia yang sedang pulang dari berjualan. Korban keduanya adalah penyanyi dangdut Bokir yang berdandan ala John Lennon dan pengawal pribadinya Dorman Borisman yang dipancing untuk menyanyikan lagu "Tembok Derita" di kuburan. Setelah Bokir dan Dorman lari ketakutan, mereka kemudian meminta bantuan ojek dari seseorang yang tak lain adalah salah satu dari komplotan penjahat Joni. Bokir dan Dorman pingsan karena diikuti Sundel Bolong Suketi yang mengenal penjahat tersebut. Sundel Bolong Suketi kemudian membunuh satu persatu penjahat yang telah menghancurkan keluarganya. Akhirnya Suketi berhasil membalaskan dendamnya, bersamaan dengan sampainya Bardo, Rio, Ki Rengga dan masyarakat sekitar tempat tersebut. Dalam adegan sedih, Bardo dan Rio meyakinkan Suketi bahwa cintanya akan abadi walaupun Suketi kembali ke alamnya. Suketi menitipkan pesan kepada Bardo supaya menjaga Rio baik-baik, dan kepada Rio supaya kelak bisa menjadi orang yang berguna, dan Suketi menghilang diiringi kepulan asap kembali ke alam baka.


Pemeran : - Ricardo Medina Jr. sebagai Ranger Merah
- Alyson Kiperman sebagai Ranger Kuning
- Phillip Jeanmarie sebagai Ranger Biru
- Jessica Rey sebagai Ranger Putih
- Jack Guzman sebagai Ranger Hitam
- Phillip Andrew sebagai Ranger Abu-Abu
- Ann Marie Crouch sebagai Putri Shayla
- Ilia Volok sebagai Master Org
- Sin Wong sebagai Toxica
Tanggal Rilis: 9 Februari 2002
Negara: Amerika Serikat
Bahasa: Inggris
Jumlah Episode: 40

Download:

 
© 2016- Download Film Jadul
All Rights Reserved
Distributed By Gooyaabi Templates